Wednesday, January 5, 2011
Sebuah Epilog Cinta
apa yang tersembunyi di sudut hati?
Derita di mata, derita dalam jiwa
kenapa tak engkau pedulikan?
Sepasang kepodang terbang melambung
Menukik bawa seberkas pelangi
Gelora cinta, gelora dalam dada
kenapa tak pernah engkau hiraukan?
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun mulai deras mengalir
cemerlang sebening embun
Pernahkah engkau coba membaca
sorot mata dalam menyimpan rindu?
Sejuta impian, sejuta harapan
kenapakah mesti engkau abaikan?
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun
Lagu ini selalu membantuku ketika hatiku begitu resah. Dengan lagu ini juga akhirnya aku bisa menuangkan sebuah peristiwa yang cukup penting dan membawaku ke tahapan kedewasaan sebagai seorang perempuan...
Tahun baru yang cukup melelahkan bagiku. Ketika orang kebanyakan merayakan Tahun baru dengan keriaan hingga pagi menjelang, aku hanya ditemani yang tercinta. Datang menjelang tengah malam dengan kepenatan karena harus bekerja lembur, kita nikmati waktu bersama menjelang pergantian akhir tahun. Rencana liburan yang sudah digagas jauh-jauh hari terpaksa pupus karena kondisi tidak memungkinkan. Tapi, bagiku tidak masalah, kami sama-sama tidak terlalu suka keramaian. Kami hanya ingin menikmati waktu tenang bersama. Setelah peristiwa demi peristiwa yang menyebabkan kita tidak lagi memiliki waktu untuk saling sekedar bercerita.
Ada hal yang cukup mengejutkan dan menyakitkan bagiku di awal tahun ini. Yang kudapati melalui sebuah ketidaksengajaan yang didorong oleh reaksi impulsif dari naluri seorang perempuan. Maka liburan berdua yang sangat kunantikan itu berjalan tidak seperti yg kubayangkan. Liburan diisi dengan pembicaraan masalah yang cukup mengejutkan dan menyakitkan itu.
Pada akhirnya aku harus memilih sebuah keputusan yang cukup berat bagiku. Menyudahi atau menyelamatkan sebuah hubungan yang sudah dengan susah payah kami bangun. Banyak sudah yang terlewati baik kesenangan maupun kesusahan. Ketika kami akan mengambil keputusan terbesar dalam hidup kami, badai itu kembali datang. Apakah karena dia selalu berada diantara ombak, jadinya badai itu sangat suka datang?
Tidak mudah bagiku untuk bisa menyingkirkan hal yang begitu prinsip kupegang dan kembali menerimanya. Kejujuran dan loyalitas adalah harga mati bagiku. Apa yang terjadi ketika keduanya dilanggar? Perang dalam batin terus berkecamuk ditambah dengan prasangka, tanya, sakit hati, ego. Rasanya memang tidak dapat terbayangkan, tapi kuselami semuanya sebagai bagian dari ujian yang akan menjadikanku pribadi yang lebih baik, lebih bijak.
Ketika kita di persimpangan jalan, seringkali kita lebih suka mengambil jalan yang mudah, tapi belum tentu akan mengantar kita pada tujuan yang kita inginkan. Aku belum tahu apakah keputusanku untuk mengambil jalan yang sulit akan berakhir bahagia, tapi harus meyakinkan diri. Aku percaya bahwa takdir terbentuk dari pilihan-pilihan yang kita ambil dalam hidup kita.
Setelah mencoba meredakan kecewa dan sakit hati serta keinginan untuk mencari penyebab dari semuanya, akhirnya aku tersadar bahwa kadang ada hal-hal yang memang tidak untuk kita mengerti. Kita hanya bisa menerima dan mencoba menjalaninya dengan ikhlas. Aku mencoba menyerahkannya pada kekuatan semesta untuk melakukan bagiannya. Yang bisa kulakukan saat ini adalah mencoba menerima dan tetap mempertahankan sebuah cinta yang telah sering teruji.
Memang semuanya tidak semudah kelihatannya. Butuh proses dan komitmen. Butuh keikhlasan. Aku akan berusaha menguatkan diri untuk menyadari bahwa kesalahan adalah bagian dari pembelajaran. Aku meyakini bahwa dia yang tercinta akan belajar dan memahami bahwa cinta kami adalah sebuah anugerah yang harus kami jaga dan rawat. Bahwa setiap tindakan akan mewujudkan sebuah akibat. Dan kali ini bisa jadi akibatnya adalah sebuah kehancuran sebuah cinta sederhana yang kami bina dengan segenap kesungguhan.
Ada ragu apakah ini keputusan yang terbaik? Apakah tidak akan terulang lagi? Apakah masalahnya telah terselesaikan? Kami tidak akan pernah tahu. Tapi aku harus yakin akan kesungguhan kami berdua. Bahwa kesalahan ini dibayar sangat mahal dan tidak akan menjadi yang kedua kali.
Pada akhirnya kita memang selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Ketika pilihan itu hanya menggunakan logika, mungkin tidak akan terlalu sulit. Tetapi ketika sebuah perasaan menjadi bagian terpenting dalam mengambil sebuah keputusan, itu bukanlah hal yang mudah. Tapi peristiwa ini menyadarkan aku bahwa aku masih sangat muda dalam hidup. Banyak sekali hal-hal yang tidak aku mengerti dan belum siap menghadapinya. Banyak sekali ujian-ujian lain yang akan datang dari berbagai sisi perjalananku di dunia ini.
Dengan peristiwa ini semoga aku semakin dewasa dan bijaksana dalam menyikapinya.
Lagu yang sama telah kuputar berulang-ulang dan masih terdengar... Manis dan indah... sederhana dan sarat makna... terima kasih Kang Ebiet.. terima kasih yang tercinta, terima kasih Tuhan...
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun mulai deras mengalir
cemerlang sebening embun....
Cimanggis, 05 Jan 2011
Saturday, May 8, 2010
Maaf kopi hari ini terasa lebih pahit, hatiku sedang sakit
ketika entah untuk yang kesekian kalinya kita kehilangan nada
suara-suara terasa sumbang di telingaku
nyeri menyelinap di hati
jalan-jalan menciut lalu mengembang
klakson metromini memekak lalu menghilang
kosong dan gamang menuju pulang
malam yang panas
kususuri jalan pikuk sendiri
sejuta setan berseru, "akhiri saja..."
tatap mataku... kecewa
raba hatiku... luka
dengar degupku... nyeri
hanya deret pepohonan menyeringai dalam gelap
'"tak pernah kutawarkan cinta yang manis" katanya
tapi kubisa buatkan kopi yang pekat
kuhirup dengan segenap percaya
karena sepekat itu cinta yang kurasa
cintaku atau cintamu?
hari panjang yg menyisakan nyeri
malam panas yg berujung lelah
kutuntaskan dengan kopi pahit sampai tandas
kubiarkan nyeri menyadarkan rasa
sakitnya kuyakini pertanda cinta yang manis
tersaji dalam secangkir kopi pahit
Cimanggis, 08 Mei 2010
judul terinspirasi status FB seorang teman...
photo 01: google
photo 02: our hands by friend
Thursday, January 14, 2010
Hari lahir...

Hujan yang terus menderas di kota kecilku... mengiringi jelang 30 tahunku... alam seperti mengerti betapa ku mencintai hujan, agak paradoks karena ku juga sangat menyukai senja... senja tidak akan mempersembahkan tarian jingganya bila hujan mengguyur tentunya...
Tapi, rasa syukurku tak menyurut... ketika jiwa-jiwa menyapaku dengan kata-kata selamat... apa sebetulnya yang ingin mereka sampaikan dengan ucapan selamat itu??
Bukankah harusnya yang ada adalah ucapan berduka, dimana umurku makin berkurang?
Tapi, normalnya hari kelahiran dirayakan dengan bahagia... bukan begitu?
Bahagia karena apa? bukankah makin sedikit waktu kita di dunia ini dengan bertambahnya umur? Bukankah makin sedikit waktu yg kita miliki untuk menikmati hidup? itu juga kalau kita diberikan anugrah untuk bisa menikmati hidup, karena terus terang sulit sekali untuk melakukannya. Kalau teman-teman ada yg punya rumus bagaimana menikmati hidup, silahkan aku diberikan penerangan...
Tapi, semua ucapan itu adalah doá, dimana akan terangkai dan menyatu dengan alam semesta... aku merasa tidak pantas mendapatkannya... tapi berharap doa-doa itu akan mengkristal dan menjelma..
terima kasih semuanya...
Hari ini agak lebih spesial dari hari-hari kelahiranku sebelumnya... bagiku...
Karena kini aku agak lebih tersadar untuk "hidup"
Loh, apakah selama ini ku merasa tidak hidup? Bagaimana memang seharusnya manusia memahami hidup? setelah bisa memahami bagaimana menjalani hidup itu sendiri? Halah... makin bingung jadinya...
Ku juga memberanikan diri untuk berjanji pada diriku untuk membahagiakan diriku. Itu kulakukan karena selama ini ku sangat kurang membuat diriku bahagia. Masih sering terdengar keluhan-keluhan keluar dari mulutku, masih sering tubuhku tersakiti karena kelalaianku. Tubuh yang cuma pinjaman ini, yang harus dirawat dan dijaga sangat sering tidak kuperhatikan. Belum lagi jiwa rapuh yang dipaksa untuk menjadi "äku". Sudah lama aku tidak mengajaknya berdialog untuk membuat keputusan-keputusan dalam hidupku. Aku terlalu egois dan naif, merasa bahwa aku mampu dan kuat.
Pada akhirnya adalah aku kelelahan...
Ku berjanji untuk menjadikan diriku "ütuh", tidak lagi hanya fragmen-fragmen yang lusuh dan tak berbentuk...
Hujan masih saja menderas... malam mengulung... dingin menelusup...
biarlah tubuhku basah... beku... malam ini...
biarlah jiwaku merapat... gigil... ... malam ini...
bersatulah... berpeluklah...
sinar mentari akan membangunkanmu...
alam akan menyadarkanmu...
dan kita akan hidup.... sekali lagi...
kali ini harus berarti...

~Bogor, 14 jan 2010~
photo 1 & 2: taken from google
Wednesday, January 13, 2010
Dalam Doa

Aku mencintainya Tuhan
karenanya aku membebaskan dirinya
Kubiarkan dia membubung
melewati batas langit tertinggi
Kubiarkan dia menyelam
Melewati batas lubuk terdalam
Aku mencintainya Tuhan
karenanya berikan aku kekuatan
untuk membebaskan diriku
dari segala rasa yang membakarku
Berikan kesabaran
untuk memberikan diriku kesempatan dicintai juga olehnya
Aku mencintainya Tuhan
Karenanya berikan kami waktu
untuk sama-sama menyadari arti diri
Berikan kami kejujuran
agar tak saling menyakiti
Berikan kami keikhlasan
agar tak saling mengikat hati
Aku mencintainya Tuhan
Karenanya berikan dia keberanian untuk menghadapi yang tanda Tanya
Berikan dia pemahaman bahwa malam akan menjadi indah bila bulan meneranginya
Bahwa mawar mempunyai duri yang melindunginya
Bahwa rumput liar mempunyai embun yang menyegarkannya
Bahwa ombak mempunyai pantai yang menyambutnya
Bahwa dibalik hitam ada putih yang menyempurnakannya
Tapi sesungguhnya, ya Tuhanku
Cinta adalah milik-Mu seorang
Maka aku bersimpuh dihadapan-Mu, memohon pada-Mu
untuk memberikan sepotong cinta
dan membagi belahannya Padaku dan Padanya
~suatu masa ketika cinta menyapa~

Puisi ini selalu kubaca pada hari kelahiranku. Tadinya kupikir puisi ini tentang seorang laki-laki yang pernah kucintai, tapi ternyata puisi ini adalah tentang "cinta". Cinta menurut versiku tentunya.
Hari ini kucapai angka 30 pada umurku. Wow! I kinda feel old... but what is age compare to life that we live?

Pastinya di tiap hari ulang tahun kita akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan, pilihan-pilihan ataupun janji2 yang telah kita buat baik pada diri kita sendiri maupun pada org lain. Aku sendiri sebelumnya selalu merasa resah ketika hari kelahiranku akan menjelang. Merasa masih berhutang pada diri sendiri karena ada hal-hal yang belum bisa tercapai ketika usia makin bertambah.
Kali ini semua agak sedikit berbeda. Mungkin karena sebagai manusia aku sudah sedikit naik kelas dari segi kematangan dan kedewasaan, semoga...
Kali ini ku merasa lebih tenang dan santai. Tidak ada rasa seperti diburu atau keresahan karena kegagalan2 yang kualami.


Hari kelahiran yang kulewati dengan sederhana. Dimulai dengan telepon dari yang tersayang tepat saat jam bergeser dari pukul 12 malam tadi. Ucapan selamat dengan disertai doa sederhana, semoga ku tetap sehat & bahagia, serta kita tetap bisa sama-sama pada masa-masa yg akan datang... Tak lupa akupun mengirimkan doa pada sang Pencipta untuk apa-apa yang kuharapkan.
Pagi-paginya kubuka Facebook yang sudah berisi banyak sekali ucapan selamat dari teman-temanku. Memang efektif sekali site ini utk mempraktiskan banyak hal. Terharu... lalu datang telpon dari salah satu karibku, Dway, mengucapkan selamat yg diteruskan dengan obrolan panjang... haha... selalu begitu kalo sama dia memang.
Diakhiri dengan janji dia akan mengunjungiku ke Bogor...
Maka selesai sudah ceremony hari lahirku yang ke 30 ini.
Rasa syukurku untuk semua hal yang telah dilimpahkan pada diriku. Keluarga yang sehat dan selalu dalam lindungan-Nya, teman-teman yang peduli dan menyayangiku, seorang kekasih yang sangat mencintaiku... Dengan itu semua, aku bisa katakan bahwa hidupku pada dasarnya bahagia. Semoga ku bisa menikmati kebahagiaan ini. Amin...
~photo 1: me & mike @ Ngliyep beach
~photo 2: me panning left (photo by: Mba Dian-Malang)
~photo 3: me, Nita, Hera, Awin @ Langkawi-MY
~photo 4: me & tita @Train in KL-MY
~photo 5: me & 1001buku friends @Kebalen
Friday, November 13, 2009
Cinta Sebening Embun...

Pernahkah engkau coba menerka
apa yang tersembunyi di sudut hati?
Derita di mata, derita dalam jiwa
kenapa tak engkau pedulikan?
Sepasang kepodang terbang melambung
Menukik bawa seberkas pelangi
Gelora cinta, gelora dalam dada
kenapa tak pernah engkau hiraukan?
Selama (selama) musim belum bergulir
Masih ada waktu (ada waktu) saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun mulai deras mengalir (kasih pun deras mengalir)
cemerlang sebening embun
(na na na na na na na na)
Pernahkah engkau coba membaca
sorot mata dalam menyimpan rindu?
Sejuta impian, sejuta harapan
kenapakah mesti engkau abaikan?
Selama (selama) musim belum bergulir
Masih ada waktu (ada waktu) saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu (ada waktu) saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun mulai deras mengalir (kasih pun deras mengalir)
cemerlang sebening embun
Song & Lyric: Ebiet G Ade
Photo: from google
Monday, November 9, 2009
Forever Love...

Niatnya kuingin lembur malam ini untuk menghadapi meeting Rabu besok. Sampai Kosan kubuka laptop, cek imel & pasang status FB sambil diiringi Kenny G "Love Collection" album. Pas sampai di Forever in Love kok tiba-tiba aku jadi terhanyut dengan lamunanku sendiri. Sepertinya irama lagu itu membuatku untuk mengingatmu. Kamu yang setahun ini mengisi hari-hariku. Kamu yang saat ini menjadi begitu berarti menempati hatiku. Kamu yang sempat membuatku ketakutan setengah mati. Kamu yang membuatku mempertanyakan arah hidupku.
Aku yang selama ini tidak pernah menemukan keyakinan untuk menapaki siklus hidup yang berjudul "membina rumah tangga" seperti disodorkan kenyataan bahwa aku harus melakukannya. Kamu yang mengingatkanku bahwa aku memerlukan seorang lelaki sebagai pendamping hidupku. Kamu membuatku lemah dalam ketegaranku, kuat dalam kerapuhanku. Kamu membuatku menangis saat bahagia, tertawa saat sedih melanda. Kamu membuatku meneteskan airmata tapi menyadarkanku bahwa itu adalah airmata yang datang dari cinta. Dengan tanpa ampun kamu membakar ego yang membatu karena tempaan hidup dalam dadaku, sehingga akupun luruh dalam kesadaran bahwa takdirku adalah seorang perempuan.
Ketika ku berfikir bahwa kehidupan percintaan bukanlah untukku, Tuhan mempertemukanku denganmu. Perkenalan yang bersahaja, kekaguman yang tulus, kasih yang terajut begitu halus membuatku bersimpuh dalam syukur yang begitu dalam. Keindahan dalam kesederhanaan cinta yang kamu persembahkan membuatku sering termangu apakah aku berhak akan semua ini.
Akupun teringat sebuah puisi dari Almarhum aktivis dan penikmat alam yang kita sama-sama kagumi,
Senja ini, ketika matahari turun ke dalam jurang-jurang mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu
walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku
aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua
“hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya
“tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
‘terimalah dan hadapilah
dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas jurangmu
aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup
Gie ~ Jakarta 19-7-1966
"aku terima kau dalam keberadaanmu, seperti kau terima daku...", just that simple!!!.
Kamu membuatku mengerti bahwa cinta itu tidak perlu rumit. Cinta itu adalah menerima seutuhnya. Kamu menawarkan sebuah kenyataan bahwa cinta itu tidaklah mudah, tapi setelah segala kesulitan, kesedihan, ketidakpastian, kita akan diberikan sebuah anugerah yang tidak ternilai harganya. Sebuah kebersamaan yang sederhana tapi memiliki nilai "ilahi".
Kutahu jalan kita baru saja terbuka, lembaran cerita kita baru sampai pada "once upon a time", tapi biarkanlah ku berharap kita akan sampai pada bagian "and they live happily ever after". Semoga ini adalah doa kita bersama. Terima kasih Tuhan.
Bogor, 9 Nov 2009
Monday, May 25, 2009
Puisi-puisi hujan...

HUJAN 1
Hujan turun subuh ini
Dari balik jendela kupandangi rintiknya
Jalan bersinar keperakan ditimpa sinar lampu jalan
Aku sepi…
Dingin merambati kulitku
Berselimutkan kain sarung selepas shalat
Mencari sosokmu diujung jalan
Aku benci…
Dingin dan sepi menelusup ke dada
Saat kubuka jendela
Tetes hujan jatuh di tanganku
Aku beku…
Sepang, 21 Aug 05
HUJAN 2
Aku masih berdiri disini
Dengan tangan yang mulai kaku
Angin dingin bertiup lirih
Waktupun enggan melaju
Apa yang menahanku?
Setelah kau katakana jangan menunggu
Kau akan pergi dengan ombak yang menderu
Tak kau dengar seruku?
Jangan tinggalkan aku
Nanti darahku jadi beku *)
Bunga-bungan rindupunakan layu
Lalu gugur satu-satu
Ingin kurobek kenangan
Yang selalu dating menghampiri
Kutepis lalu kutendang
Tapi tak juga mau pergi
Masih kucari sosokmu
Yang melangkah pergi bersama hujan, gelap dan dinginnya malam
Punggungmu hilang tertelan kesunyian
Aku lunglai sendirian...
08 jul 07
*)dikutip dari puisi Chairil Anwar
HUJAN 3
Hujan turun malam ini
Tanpa kata...
Memaksaku untuk terjaga
Hujan turun malam ini
Tanpa rasa...
Merambati ruang otakku
Meninggalkan kesan dingin dihatiku
Lalu pergi...
Sepang, 03 sep 06
Saturday, May 23, 2009
Ketika kau tak disini...

Aku tetap disini
Walau telah berlalu dari waktu itu
Ketika kau menyapaku dengan dua mata tersaput duka
Ketika kusambut uluran jabat tanganmu
Ketika kau ucapkan namaku dengan begitu manis
Aku tetap disini
Walau banyak yang telah terlewati
Ketika kau ceritakan tentang badai yang menerpamu tanpa ampun
Ketika kau terombang-ambing dalam lautan kebingungan
Ketika kau ingin berteriak tapi suaramu hilang ditelan perihnya luka
Aku tetap disini
Ketika kutemukan betapa manis senyum dimatamu
Ketika kurasakan betapa lembut sentuhanmu
Ketika kuresapi betapa kau sarat berfikir dalam diammu
Aku tetap disini
Ketika kau temukan kembali lepas tawamu
Ketika kau kembali menjejakkan kakimu walau badai masih menyisakan ombak
Ketika kau menyadari rintihanmu di dengar dan dimengerti
Akankah kau, aku tetap disini
Ketika hidup menerjang dengan sejuta alasan
Ketika cinta di pertanyakan legalisasinya
Ketika hati bukanlah ukuran bersatunya dua manusia
Bila telah datang masanya cinta diadili
Ku mau tak ada maki, Ku mau tak ada air mata
Ku mau kita mengingat ketika hanya ada kau, aku
dan selimut hangat terbuat dari serpihan-serpihan cinta
yang telah kita rajut bersama dengan benang ketulusan
dengan begitu kutahu pertemuan kita tidaklah terlalu sia-sia
~Bogor, 12 Feb 09~
Tuesday, September 16, 2008
sudahlah...
kucari keteguhan kutemukan kerapuhan
kucari sahabat kutemukan khianat
kucari cinta kutemukan ingkar
lalu ku diam
kutemukan diri di dalam sunyi...
Wednesday, January 23, 2008
...ketika senja tak lagi berwarna jingga...

Dia sangat menyukai senja, khususnya senja dengan warna jingga. Dia bisa betah duduk berlama-lama menikmati keindahannya. Ketika permainan warna begitu mempesona pada pergantian siang ke malam hari. Warna biru memudar menjadi ungu muda, warna kuning berubah ke orange terus berubah ke warna jingga hingga ke warna magis yang selalu ditunggu2nya, jingga kemerahan...
Tapi beberapa hari ini ada yang membuat dia begitu murung. Dia tak lagi menjumpai jingga di senja yang tetap hadir walaupun sudah menjelang musim hujan. Warna jingga seperti larut dalam keresahan hatinya. Dia tak lagi bisa menatap senja karena tak lagi berwarna jingga.
Ingin sekali dia menepis keresahan hatinya yang kini telah begitu meracuni hatinya sampai dia tak lagi bisa menikmati senja yang dulu begitu didambanya.
Akankah jingga kembali mewarnai senjanya??
supaya aku pun dapat kembali menikamati senja dengan warna jingga kemerahan itu... supaya dapat ku bertemu kekasihku disaat matahari bertemu sang rembulan...
Depok, 8 jan 08
...suatu ketika...
Percaya... haruskah hilang dari hati??
ketika dihadapkan pada ketidaksempurnaan seorang insan..
Lelah... haruskah terus mendera diri??
ketika terus terseret keraguan akan cinta..
Menyerah... haruskah mengaku kalah??
ketika rasa tak juga bisa menyatu..
Saat ini aku hanya ingin berhenti berfikir
Saat ini aku hanya ingin berbaring
Saat ini aku hanya ingin tertidur
tanpa harus bermimpi...
kelapa 2, 02jan08
ketika dia minta introspeksi diri selama 2 bln..