Friday, November 13, 2009

Cinta Sebening Embun...


Pernahkah engkau coba menerka
apa yang tersembunyi di sudut hati?
Derita di mata, derita dalam jiwa
kenapa tak engkau pedulikan?
Sepasang kepodang terbang melambung
Menukik bawa seberkas pelangi
Gelora cinta, gelora dalam dada
kenapa tak pernah engkau hiraukan?
Selama (selama) musim belum bergulir
Masih ada waktu (ada waktu) saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun mulai deras mengalir (kasih pun deras mengalir)
cemerlang sebening embun
(na na na na na na na na)
Pernahkah engkau coba membaca
sorot mata dalam menyimpan rindu?
Sejuta impian, sejuta harapan
kenapakah mesti engkau abaikan?
Selama (selama) musim belum bergulir
Masih ada waktu (ada waktu) saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu (ada waktu) saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun mulai deras mengalir (kasih pun deras mengalir)
cemerlang sebening embun

Song & Lyric: Ebiet G Ade
Photo: from google

Monday, November 9, 2009

Forever Love...



Niatnya kuingin lembur malam ini untuk menghadapi meeting Rabu besok. Sampai Kosan kubuka laptop, cek imel & pasang status FB sambil diiringi Kenny G "Love Collection" album. Pas sampai di Forever in Love kok tiba-tiba aku jadi terhanyut dengan lamunanku sendiri. Sepertinya irama lagu itu membuatku untuk mengingatmu. Kamu yang setahun ini mengisi hari-hariku. Kamu yang saat ini menjadi begitu berarti menempati hatiku. Kamu yang sempat membuatku ketakutan setengah mati. Kamu yang membuatku mempertanyakan arah hidupku.

Aku yang selama ini tidak pernah menemukan keyakinan untuk menapaki siklus hidup yang berjudul "membina rumah tangga" seperti disodorkan kenyataan bahwa aku harus melakukannya. Kamu yang mengingatkanku bahwa aku memerlukan seorang lelaki sebagai pendamping hidupku. Kamu membuatku lemah dalam ketegaranku, kuat dalam kerapuhanku. Kamu membuatku menangis saat bahagia, tertawa saat sedih melanda. Kamu membuatku meneteskan airmata tapi menyadarkanku bahwa itu adalah airmata yang datang dari cinta. Dengan tanpa ampun kamu membakar ego yang membatu karena tempaan hidup dalam dadaku, sehingga akupun luruh dalam kesadaran bahwa takdirku adalah seorang perempuan.



Ketika ku berfikir bahwa kehidupan percintaan bukanlah untukku, Tuhan mempertemukanku denganmu. Perkenalan yang bersahaja, kekaguman yang tulus, kasih yang terajut begitu halus membuatku bersimpuh dalam syukur yang begitu dalam. Keindahan dalam kesederhanaan cinta yang kamu persembahkan membuatku sering termangu apakah aku berhak akan semua ini.

Akupun teringat sebuah puisi dari Almarhum aktivis dan penikmat alam yang kita sama-sama kagumi,

Senja ini, ketika matahari turun ke dalam jurang-jurang mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

“hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya
“tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
‘terimalah dan hadapilah

dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas jurangmu

aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup

Gie ~ Jakarta 19-7-1966

"aku terima kau dalam keberadaanmu, seperti kau terima daku...", just that simple!!!.

Kamu membuatku mengerti bahwa cinta itu tidak perlu rumit. Cinta itu adalah menerima seutuhnya. Kamu menawarkan sebuah kenyataan bahwa cinta itu tidaklah mudah, tapi setelah segala kesulitan, kesedihan, ketidakpastian, kita akan diberikan sebuah anugerah yang tidak ternilai harganya. Sebuah kebersamaan yang sederhana tapi memiliki nilai "ilahi".

Kutahu jalan kita baru saja terbuka, lembaran cerita kita baru sampai pada "once upon a time", tapi biarkanlah ku berharap kita akan sampai pada bagian "and they live happily ever after". Semoga ini adalah doa kita bersama. Terima kasih Tuhan.

Bogor, 9 Nov 2009