Saturday, May 23, 2009

Cerita Sebatang Pensil


Seorang anak laki-laki tengah memperhatikan neneknya menulis pada sebuah kertas. Tak lama, Dia bertanya:
“Apakah nenek menulis cerita tentang apa yg telah kita lakukan? Apakah itu cerita tantang aku?”
Neneknya berhenti menulis dan berkata pada cucunya:
“Sebenarnya nenek menulis cerita tentang kamu, tetapi yang jauh lebih penting daripada kata2 yg aku tulis adalah pensil yang kugunakan. Nenek harap kamu akan menjadi seperti pensil ini selama masa pertumbuhanmu.”
Terkesan, sang cucu memperhatikan dengan seksama pensil tersebut. Tidak terlihat ada yg istimewa.
“Tapi, pensil ini sama seperti pensil lainnya!”
“Itu tergantung dari bagaimana cara kamu memandangnya. Pensil ini mempunyai lima kualitas yang apabila kamu berhasil mengikutinya akan membuat kamu seorang yang selalu tenang dalam menghadapi hidupmu.”
“Kualitas kesatu: Kamu mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, tapi kamu tidak boleh lupa bahwa akan selalu ada tangan yang memandu jalanmu. Kita menyebutnya tangan Tuhan, dan Dia selalu memandu kita sesuai dengan keinginan-Nya.”
Kualitas kedua: Ada masa masa dimana aku harus berhenti menulis dan menajamkannya dengan rautan. Hal ini akan membuat pensil ini menderita sedikit, tetapi setelahnya, dia akan makin tajam. Begitu juga kamu harus bisa menahan sakit dan penderitaan, karena akan membuatmu menjadi manusia yang lebih baik.”
“Kualitas ketiga: Pensil ini akan selalu membiarkan kita untuk menggunakan penghapus apabila ada salah tulis. Ini berarti bahwa memperbaiki kesalahan2 kita bukanlah hal yang jelek; Itu akan membawa kita kejalan kebenaran.”
“Kualitas keempat: yang benar2 penting dari sebuah pensil bukanlah kayu yg membungkusnya, tapi batang granit didalamnya. Maka, selalu perhatikan apa yang terjadi di dalam dirimu.”
“Terakhir, kualitas terakhir dari pensil ini: Pensil selalu meninggalkan coretan. Sama halnya, kamu harus memahami bahwa segala hal yang kau lakukan di dalam hidupmu akan meninggalkan bekas, maka cobalah untuk selalu menyadarinya dalam setiap tindakanmu.”

~dikutip dan diterjemahkan sendiri dari buku Paulo Coelho "Like the Flowing River"~

No comments: