Wednesday, January 5, 2011

Sebuah Epilog Cinta

Pernahkah engkau coba menerka
apa yang tersembunyi di sudut hati?
Derita di mata, derita dalam jiwa
kenapa tak engkau pedulikan?
Sepasang kepodang terbang melambung
Menukik bawa seberkas pelangi
Gelora cinta, gelora dalam dada
kenapa tak pernah engkau hiraukan?
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun mulai deras mengalir
cemerlang sebening embun
Pernahkah engkau coba membaca
sorot mata dalam menyimpan rindu?
Sejuta impian, sejuta harapan
kenapakah mesti engkau abaikan?
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun



Lagu ini selalu membantuku ketika hatiku begitu resah. Dengan lagu ini juga akhirnya aku bisa menuangkan sebuah peristiwa yang cukup penting dan membawaku ke tahapan kedewasaan sebagai seorang perempuan...

Tahun baru yang cukup melelahkan bagiku. Ketika orang kebanyakan merayakan Tahun baru dengan keriaan hingga pagi menjelang, aku hanya ditemani yang tercinta. Datang menjelang tengah malam dengan kepenatan karena harus bekerja lembur, kita nikmati waktu bersama menjelang pergantian akhir tahun. Rencana liburan yang sudah digagas jauh-jauh hari terpaksa pupus karena kondisi tidak memungkinkan. Tapi, bagiku tidak masalah, kami sama-sama tidak terlalu suka keramaian. Kami hanya ingin menikmati waktu tenang bersama. Setelah peristiwa demi peristiwa yang menyebabkan kita tidak lagi memiliki waktu untuk saling sekedar bercerita.

Ada hal yang cukup mengejutkan dan menyakitkan bagiku di awal tahun ini. Yang kudapati melalui sebuah ketidaksengajaan yang didorong oleh reaksi impulsif dari naluri seorang perempuan. Maka liburan berdua yang sangat kunantikan itu berjalan tidak seperti yg kubayangkan. Liburan diisi dengan pembicaraan masalah yang cukup mengejutkan dan menyakitkan itu.

Pada akhirnya aku harus memilih sebuah keputusan yang cukup berat bagiku. Menyudahi atau menyelamatkan sebuah hubungan yang sudah dengan susah payah kami bangun. Banyak sudah yang terlewati baik kesenangan maupun kesusahan. Ketika kami akan mengambil keputusan terbesar dalam hidup kami, badai itu kembali datang. Apakah karena dia selalu berada diantara ombak, jadinya badai itu sangat suka datang?

Tidak mudah bagiku untuk bisa menyingkirkan hal yang begitu prinsip kupegang dan kembali menerimanya. Kejujuran dan loyalitas adalah harga mati bagiku. Apa yang terjadi ketika keduanya dilanggar? Perang dalam batin terus berkecamuk ditambah dengan prasangka, tanya, sakit hati, ego. Rasanya memang tidak dapat terbayangkan, tapi kuselami semuanya sebagai bagian dari ujian yang akan menjadikanku pribadi yang lebih baik, lebih bijak.

Ketika kita di persimpangan jalan, seringkali kita lebih suka mengambil jalan yang mudah, tapi belum tentu akan mengantar kita pada tujuan yang kita inginkan. Aku belum tahu apakah keputusanku untuk mengambil jalan yang sulit akan berakhir bahagia, tapi harus meyakinkan diri. Aku percaya bahwa takdir terbentuk dari pilihan-pilihan yang kita ambil dalam hidup kita.

Setelah mencoba meredakan kecewa dan sakit hati serta keinginan untuk mencari penyebab dari semuanya, akhirnya aku tersadar bahwa kadang ada hal-hal yang memang tidak untuk kita mengerti. Kita hanya bisa menerima dan mencoba menjalaninya dengan ikhlas. Aku mencoba menyerahkannya pada kekuatan semesta untuk melakukan bagiannya. Yang bisa kulakukan saat ini adalah mencoba menerima dan tetap mempertahankan sebuah cinta yang telah sering teruji.

Memang semuanya tidak semudah kelihatannya. Butuh proses dan komitmen. Butuh keikhlasan. Aku akan berusaha menguatkan diri untuk menyadari bahwa kesalahan adalah bagian dari pembelajaran. Aku meyakini bahwa dia yang tercinta akan belajar dan memahami bahwa cinta kami adalah sebuah anugerah yang harus kami jaga dan rawat. Bahwa setiap tindakan akan mewujudkan sebuah akibat. Dan kali ini bisa jadi akibatnya adalah sebuah kehancuran sebuah cinta sederhana yang kami bina dengan segenap kesungguhan.

Ada ragu apakah ini keputusan yang terbaik? Apakah tidak akan terulang lagi? Apakah masalahnya telah terselesaikan? Kami tidak akan pernah tahu. Tapi aku harus yakin akan kesungguhan kami berdua. Bahwa kesalahan ini dibayar sangat mahal dan tidak akan menjadi yang kedua kali.

Pada akhirnya kita memang selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Ketika pilihan itu hanya menggunakan logika, mungkin tidak akan terlalu sulit. Tetapi ketika sebuah perasaan menjadi bagian terpenting dalam mengambil sebuah keputusan, itu bukanlah hal yang mudah. Tapi peristiwa ini menyadarkan aku bahwa aku masih sangat muda dalam hidup. Banyak sekali hal-hal yang tidak aku mengerti dan belum siap menghadapinya. Banyak sekali ujian-ujian lain yang akan datang dari berbagai sisi perjalananku di dunia ini.

Dengan peristiwa ini semoga aku semakin dewasa dan bijaksana dalam menyikapinya.
Lagu yang sama telah kuputar berulang-ulang dan masih terdengar... Manis dan indah... sederhana dan sarat makna... terima kasih Kang Ebiet.. terima kasih yang tercinta, terima kasih Tuhan...

Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun mulai deras mengalir
cemerlang sebening embun....


Cimanggis, 05 Jan 2011

Sunday, August 8, 2010

Taufik Ismail