Monday, July 13, 2009
We shall never forget, to change our way... ( Sempu Story)
I'm Gonna Make A Change, For Once In My Life
It's Gonna Feel Real Good, Gonna Make A Difference
Gonna Make It Right . . .
I'm Starting With The Man In The Mirror
I'm Asking Him To Change His Ways
And No Message Could Have Been Any Clearer
If You Wanna Make The World A Better Place
Take A Look At Yourself, And Then Make A Change
(Lyric taken from : Michael Jackson “Man in the Mirror”)
Lets go To the beach…
Ini mungkin tema paling cocok untuk saya dalam beberapa bulan terakhir ini. Dimana tempat main saya berubah dari gunung ke pantai. Setelah bermesraan dengan Ujung Kulon saya diberi kesempatan untuk bercengkrama dengan indahnya Pulau Sempu yang disebut2 sebagai The beach-nya Indonesia. Mau Gunung, pantai, atau apapun saya akan sangat menikmati setiap perjalanan saya baik yang menyenangkan ataupun tidak.
Di dalam perjalanan yang saya lakukan saya selalu mencoba menemukan sesuatu yang baru baik dari diri saya, teman seperjalanan saya maupun dari tempat-tempat serta orang-orang yang saya temui. Semuanya adalah bagian dari perjalanan itu sendiri.
Kali ini saya dan teman-teman berkesempatan mengunjungi Cagar alam Pulau Sempu yang terletak di Kabupaten Malang bagian selatan. Saya, 2 orang teman saya dari Komunitas 1001buku, 1 orang teman SMA, dan 1 orang adik teman SMA saya yang menggantikan kakaknya berangkat naik Batavia Air sekitar jam 12 siang (terlambat 1 jam dari jadwal) dari Bandara Cengkareng. Tim cewek-cewek gagah jelita ini ditambah tim guide dari Malang yaitu mas Andi (pengelola Baung Camp di Purwodadi), mas Sigit (Bp. Guru di Malang yg juga penggiat kegiatan alam terbuka) berangkat dari Malang sekitar pukul 2 siang. Kita langsung menuju Sendang Biru yang merupakan pintu masuk ke Cagar Alam Pulau Sempu. Setelah melakukan registrasi dan melepas lelah serta melakukan kewajiban2 lainnya kami berangkat sehabis maghrib dengan menggunakan perahu nelayan. Karena keadaan sekekliling yang sudah gelap gulita, kami hanya bisa menikmati lampu2 di bagan & perahu nelayan serta bintang2 di langit malam. Perjalanan sekitar 15-20 menit dan kami sudah merapat di Pulau Sempu. Keadaan pantai sedang surut sehingga kami haru berjalan pelan-pelan menyusuri pantai memasuki hutan menuju Danau Segara Anakan tempat kami akan kemping malam ini.
Perjalanan cukup melelahkan karena dilakukan di waktu malam, tapi kami tetap melaluinya dengan hati yang riang. Untungnya teman- teman perjalanan kali ini sangat positif dan menyenangkan sehingga trekking selama hampir tiga jam bisa dilalui dengan baik. Memang sempat terjadi kejadian-kejadian yang cukup menghambat, tetapi kami semua dapat mengatasinya dengan tetap positif dan niat yang baik.
Malam itu kita lewati dengan memasang tenda, makan malam dan mengistirahatkan tubuh yang cukup lelah. Kami juga disuguhi dengan pemandangan langit yang penuh bintang yang sudah tidak bisa dinikmati di Jakarta.
Paginya, barulah kita bisa melihat keindahan segara anakan. Ini betul-betul another “piece of paradise” yang pernah ku kunjungi. Pantai pasir putih dengan kejernihan airnya yang kehijauan terlindung dari kegananasan ombak pantai selatan oleh dinding karang yang memutarinya. Airnya berasal dari karang bolong yang tak henti-hentinya menghempaskan air ke dalam danau segara anakan. Makin siang air makin pasang dan Danau Segara Anakan makin indah untuk dinikmati. Saya dan teman-teman pun tak segan menikmati semua keindahan ini sepuasnya.
Namun, ada yang membuat saya dan teman-teman sangat sedih. Danau segara anakan memiliki lahan camping yang tidak begitu besar. Hanya cukup menampung sekitar 6-10 tenda berukuran sedang. Tapi, karena akses yang sangat mudah berakibat sulitnya mengontrol keluar masuknya pengunjung disana. Dan juga kurangnya sosialisasi Pulau sempu sebagai Cagar Alam membuat pengunjung yang datang memperlakukan Pulau sempu sebagai tempat wisata biasa, bukan berarti kita bisa seenaknya di tempat-tempat wisata. Yah, semua memang kembali kepada pribadi manusianya masing-masing.
Hal-hal yang patut disayangkan saya temukan disana, seperti; timbunan sampah bekas pengunjung yang menyebabkan (perkiraan saya) berkembang biaknya sejenis serangga seperti anak kecoa kecil2 dan menjijikkan. Serangga seperti ini tidak pernah saya temukan di pantai-pantai yang relative bersih. Penuhnya pengunjung yang datang pada satu waktu membuat tidak nyaman dan kurang bisa menikmati alam dengan lebih tenang. Walaupun ada batas quota 20 orang tiap sekali kunjungan tetapi rupanya pada kenyataannya hal ini tidak dapat terealisasi.
Saya mengajak semua para penikmat alam untuk lebih peduli dan memperhatikan kesinambungan alam kita. Kita mungkin masih cukup beruntung bisa menikmatinya saat ini, tetapi akan sampai kapan keasrian dan keindahan alam kita akan bertahan? Kalau kita tidak mau peduli.
Seperti bait lagu yang dibawakan oleh King of Pop kita yang berjudul “man in the mirror” diatas….
Kita lah yang harus bertindak dan harus sekarang!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment